1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.1 Latar belakang
Refraktometer sebenarnya alat ukur mengukur indek bias suatu zat. Definisi indek bias cahaya suatu zat adalah kecepatan cahaya didalam hampa dibagi dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Kebanyakan obyek yang dapat kita lihat, tampak karena obyek itu memantulkan cahaya kemata kita. Pada pantulan yang paling umum terjadi, cahaya memantul kesemua arah, disebut pantulan baur. Untuk keperluan ini cukup kita melukiskan satu sinar saaja, mustahil ada atau hanya merupakan abstrasi geometrical saja (Sear,1994).
Standar ini berisi antara lain prosedur penentu indeks bias (n) relative mineral transparan dalambentuk butiran atau pecahan mineral transparan berukuran (+/-) 0,6 mm atau berat kira-kira 0,01 gr dalam bentuk medium rendam yang diketahui indeks biasnya dengan menggunakan mikroskop dan ilminasi piring (Badan Standarisasi Nasional, 2008).
Kecepatan cahaya dalam sebuah vakum adalah 299.792.458 meter perdetik (m/s)
atau 1.079.252.848,8 kilometer perjam (km/h) atau 186.286,4 perdetik (mil/s) (Anonim, 2008).
1.2 Maksud Dan Tujuan
Maksud praktikum fisika dasar tentang refraktometer untuk menerapkan cara penggunaan refraktometer dengan baik dan tepat.
Tujuan dari praktikum fisika dasar tentang refraktometer untuk memahami kegunaan dari refraktometer dan untuk mengetahui bagian-bagian refraktometer beserta fungsinya.
2.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Refraktometer
Refraktometer adalah alat ukur untuk menentukan indeks bias cairan atau padat, bahan transparan dan refractometry. Prinsip pengukuran dapat dibedakan, oleh cayaha, penggembalaan kejadian, total refleksi, ini adlah pembiasan (refraksi) atau reflaksi total cahaya yang digunakan. Sebagai prisma umum menggunakan semua tiga prinsip, satu dengan insdeks bias dikenal (Prisma). Cahaya merambat dalam transisi antara pengukuran prisma dan media sampel (n cairan) dengan kecepatan yang berbeda indeks bias diketahui dari media sampel diukur dengan defleksi cahaya (Wikipedia Commons, 2010).
Salah satu cara untuk membedakan refraktometer berbeda. Klasifikasi dalam indtrumen pengukuran analog dan digital, refraktometer analog tradisional sering digunakan sebagai sumber cahaya sinar matahari atau lampu pijar untuk berpisah dengan filter warna. Detector adalah skala yan dapat dibaca dengan system optic dengan mata (Wikipedia Commons, 2010).
Digital menggunakan refraktometer sebagai sumber cahaya adalah LED. Detektor adalah sensor CCD yang digunakan sebuah pengukuran temperature kompensasi indeks bias bergantung pada suhu. Metode pengukuran apalagi refraktometer digunakan dalam sensor mesin yang lebih kompleks, seperti sebagai sensor hujan dikendaraan atau di perangkat detector untuk kromotografi cair kinierja tinaggi (HPLC). Disini sering bekerja terus detector indeks bias digunakan (Wikipedia Commons, 2010).
2.2 Gambar Refraktometer
(Google, images, 2010)
2.3 Pembiasan Cahaya
Pembiasan cahaya adalah peristiwa penyimpangan atau pembelokan cahaya karena melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Arah pembiasan cahaya dibedakan menjadi dua macam yaitu :
- Mendekati Garis Normal
Cahaya dibiakan mendekati garis normal jika cahaya merambat dari medium optic kurang rapat kemedium optic lebih rapat, contohnya cahaya merambat dari udara kedalam air.
- Menjauhi Garis Normal
Cahaya dibiaskan mendekati garis normal jika cahaya merambat dari medium optic lebih rapat kedalam optic kurang rapat, contoh cahaya merambat dari dalam air ke udara.
2.4 Hukum Snelius
Hukum snelius adalah rumus matematika yang memberikan hubungan antara sudut datang dan sudut bias pada cahaya atau gelembang lainnya yang melalui batas antara dua medium isotopik berbeda, seperti udara dan gelas. Nama hukum ini diambil dari matematikawan Belanda Willbrord Snellius, yang merupakan salah satu penemuannya. Hukum ini juga dikenal sebagai Hukum Descartes atau Hukum Pembiasan (Rashed Rhoshidi, 1990).
Hukum ini menyebutkan bahwa nisbah sinus sudut dating dan sudut bias adalah konstas, yang tergantung pada medium. Perumusan lain yang dcivalen adlah nisbah sudut dating dan sudut bias sama dengan nisbah kecepatan cahaya pada kecua medium, yang sama dengan kebalikan nisbah indeks bias.
Perumusan Matematis Hukum Sellius :
(Kwan, A, Dudley, J, and Lants, E, 2002).
Pada tahun 1637, Rene Descartes secara terpisah menggunakan argument heuristic kekekalan momentum dalam bentuk sinus dalam tulisannya Discourse On Method untuk menjelaskan hukum ini. Cahaya dikatakan mempunyai kecepatan yang lebih tinggi pada medium yang lebih padat karena cahaya adalah gelombang yang timbul akibat terusiknya plenum, substansi kontinu yang membentuk alam semesta. Dalam bahasa PERANCIS, hukum snellius disebut Loide Descartesatau Loide Snell-Descartes.
2.5 Indeks Bias Cahaya
Pembiasan cahaya dapat tejadi dikarenakan perbedaan cahaya pada medium yang rapat lebih kecil dibandingkan dengan laju cahaya pada medium yang kurang rapat. Menurut Christian Huygens (1629-1695) : “Perbandingan laju cahaya dalam ruang hampa dengan laju cahaya dalam suatu zat dinamakan Indek Bias”.
Secara Matematis Dapat Dirumuskan :
n = c/v
n = c/v
n = Indeks Bias
c = Laju cahaya dalam rung hampa (3x108 m/s)
v = Laju cahaya dalam zat
Indeks bias tidak pernah lebih kecil dari 1 (artinya, n≥1) dan nilainya untuk beberapa ditampilkan pada table disamping (Johan, 2008).
Indeks bias pada, medium didefinisikan sebagai perbandingan antara kecepatan cahaya dalam ruang hampa udara cepat rambat cahaya pada suatu medium.
2.6 Tabel indek Bias
Beberapa nilai indeks bias
Material | (nm) | N |
Hampa udara Udara @ STP | 1 (exatly) 1.000.292,6 | |
Gas @ 00 dan 1 atm | ||
Udara Helium Hidrogen Karbon Dioksida | 589.29 589.29 589.29 589.29 | 1.000.293 1.000.036 1.000.132 1.000.045 |
Cairan @ 200 C | ||
Benzene Air Ethyl alcohol (ethanol) Karbon Tetraklorida Karbon Disulfida | 589.29 589.29 589.29 589.29 589.29 | 1.501 1.3330 1.361 1.461 1.628 |
Benda Padat @ suhu kamar | ||
Intan Strontium Titanate Ambar Faused Silica Natrium Klorida | 589.29 589.29 589.29 589.29 589.29 | 2.419 2.41 1.55 1.458 1.50 |
Material lain |
(Wikipedia Indonesia, 2010).
(Johan, 2008).
2.7 Salinatas Air Laut, Payau, Tawar
2.7.1 Salinitas Air Laut
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai dan saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dikatagorikan sebagai air laut. Kandungan garam sebenarnya pada air ini secara definisi, kurang dari 0,5%. Jika lebih dan itu air dikatagorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasi 3 sampai 5%, ia disebut brine (Nontji, 2007).
Air laut adalah air murni yang didalamnya terlarut berbagai zat padat dan gas dalam
1000 g atau laut 96,6% berupa air murni dari 3,5% adalah zat terlarut, jadi ada 35 g senyawa-senyawa tersebut secara kolektif disebut garam. Konsentrasi rata-rata seluruh garam yang terdapat didalam air laut disebut salinitas (Shahola Hutabarat Dan Stewart M.Evans, 1986).
2.7.2 Salinitas Payau
Air payau adalah air murni yang didalamnya terdapat kandungan garam yang dimana konsentrasinya lebih dari 0,05% (Romi mohartato. K dan Juwana. S, 2007).
2.7.3 salinitas tawar
Air tawar adalah air murni yang didalamnya terdapat kandungan garam yang dimana konsentrasinya kurang dari 0,05% (Nantji. A, 2007).
3. METODOLOGI
3.1 Alat dan fungsi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum fisika dasar refraktometer adalah :
- Beaker glass (100 ml) : sebagai tempat membuat larutan yang akan diuji Indeks Biasnya
- Gelas ukur (100 ml) : untuk mengukur volume aquadest yang
diperlukan saat melarutkan Nacl
- Whosing bottle : sebagai wadah aquadest
- Spatula : untuk mengaduk larutan supaya homogen
- Sendok tanduk : untuk mengambil Nacl padat
- Timbangan digital : menimbang berat Nacl yang dibutuhkan dengan tingkat ketelitian 10-2
- Nampan : sebagai tempat alat dan bahan
- Refraktometer : sebagai alat ukur mengukur Indeks Bias suatu zat
- Pipet tetes : untuk mengambil larutan dengan jumlah kecil
- Lampu pijar : sebagai sumber cahaya
3.2 Bahan dan Fungsi
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum fisika dasar materi refraktometer adalah :
- Nacl padat : sebagai bahan untuk membuat larutan yang akan
diuji indeks biasnya
- Tissue :untuk membersihkan alat-alat yang telah digunakan
- Kertas label : untuk member keterangan
- Aquadest : sebagai pelarut
- Kertas alas : untuk sebagai alas saat menimbang Nacl
4. PEMBAHASAN
4.1 Data
4.2 Perhitungan
4.3 Indeks Bias
4.4 Kecepatan Cahaya
4.5 Analisa Prosedur
Dalam praktikum fisika dasar tentang refraktometer hal yang pertama dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan. Alat yang digunakan adalah : refraktometer, beaker glass, gelas ukur, pipet tetes, whosing bottle, spatula, sendok tanduk, timbangan digital, lampu pija dan nampan, bahan yang digunakan adalah : Nacl padat, tissue, alas Nacl, kertas label, dan larutan aquades.
Setelah selesai menyiapkan alat dan bahan, selanjutnya disiapkan alas Nacl untuk menimbang, lalu disiapkan garam dengan ukuran yang sudah ditentukan lalu ditimbang degan menggunakan tombangan digital, setelah itu disiapkan beaker glass dan masukkkan garam yang sudah ditimbang kedalam beaker glass. Dimasukkan larutan aquadest kedalam gelas ukur dengan ketentuan 10 ml. dimasukkan larutan aquadest yang sudah diukur kedalam aquadest dengan garam sampai homogen, kemiringan 450, dengan menggunakan spatula.
Setelah larutan garam homogeny maka diambil larutan air garam dengan menggunakan pipit tetes, kemudian teteskan sampai 3x diatas kaca prisma dan tutup daulight plate. Diarahkan refraktometer kearah sumber cahaya, setelah itu diamati hasilnya dan catat hasil pengamatannya.
4.6 Analisa Hasil
Mengadakan pengamatan pada larutan garam, untuk mengetahui indeks bias dan salinitas suatu larutan
Larutan garam 0,04 gr disiapkan lalu ambil pipet tetes untuk mengambil larutan dengan sedikit demisedikit lalu diteteskan ke kaca prisma setelah itu ditutup. Lalu amati, tulis hasil yang diamati, Indeks bias 1,005 salinitas 6.
Larutan garam 0,1 gr disiapkan lalu ambil pipet tetes untuk mengambil larutan dengan sedikit demisedikit lalu diteteskan ke kaca prisma sebanyak 2x setelah itu ditutup. Lalu amati, tulis hasil yang diamati, Indeks bias 1,013 salinitas 19.
Larutan garam 0,2 gr disiapkan lalu ambil pipet tetes untuk mengambil larutan dengan sedikit demisedikit lalu diteteskan ke kaca prisma sebanyak 2x setelah itu ditutup. Lalu amati, tulis hasil yang diamati, Indeks bias 1,023 salinitas 32. Larutan garam 0,3 gr disiapkan lalu ambil pipet tetes untuk mengambil larutan dengan sedikit demisedikit lalu diteteskan ke kaca prisma sebanyak 2x setelah itu ditutup. Lalu amati, tulis hasil yang diamati, Indeks bias 1,026 salinitas 36.
Larutan garam 0,4 gr disiapkan lalu ambil pipet tetes untuk mengambil larutan dengan sedikit demisedikit lalu diteteskan ke kaca prisma sebanyak 2x setelah itu ditutup. Lalu amati, tulis hasil yang diamati, Indeks bias 1,034 salinitas 49.
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum kali ini adalah :
Refraktometer adalah alat untuk mengukur indeks suatu zat.
Indeks bias cahaya suatu zat adalah kecepatan cahaya didalam ruang hampa di bagi dengan kecepatan cahaya dalam suatu zat.
Bagian-bagian dari refraktometer adalah lensa, kaca prisma, fokus, daulight plate, dan tabung.
Garam 0,04 gr, air 10 ml, indeks bias 1,005, salinitas 6, Garam 0,1 gr, air 10 ml, indeks bias 1,013, salinitas 19, Garam 0,2 gr, air 10 ml, indeks bias 1,023, salinitas 32, Garam 0,3 gr, air 10 ml, indeks bias 1,026, salinitas 36, Garam 0,4 gr, air 10 ml, indeks bias 1,034, salinitas 49.
5.2 Saran
Sebaiknya didalam praktikum kali ini waktu yang telah ditetapkan digunakan sebaik- baiknya sehingga dapat berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan. Selain itu kerja sama antara asisten dan praktikan harus ditingkatkan. Terutama dalam membimbing praktikan agar berjalan dengan benar dan sungguh-sungguh dalam melaksanakan praktikum.